Subscribe:

Pages

Senin, 04 November 2013

SANG PENDENGAR DOA (Bagian 2)

Hampir Setahun Abi Di Medan. Bejualan Telur Ayam keliling dengan Sepeda. Kerja dengan orang cina tadi. Setelah serasa Abi punya cukup Uang. Abi memutuskan Untuk Pergi Ke India. Demi Sebuah Mimpi Dan Ilmu.
Angin Malam semakin dingin. Seiring waktu sudah jam 9 malam. Salman Pun Mulai Menagantuk di pangkuan Ibunya dan tertidur dengan senyum kecilnya. Istrinya Masih Semangat mendengarkan kisah Suaiminya tercinta. Sesekali Rida Meneteskan Air Mata Membayangkan begitu berat perjuangan Suaminya. Dan Berkata Dalam hatinya. Saya Begitu Bahagia mendapatkan Suami Yang Sabar Dan Cinta Ilmu.
Selanjutnya Abang pegi Ke Malaysia. Menuju India. Karena Kapal Laut menuju India, Berangkat dari Malaysia. Lautan Indah Pun Menunjukkan Pesonanya. Abi Memuji Kekuasaan ALLAH yang menciptakan Lautan biru ini. Suara ribut pun terus terdengar. di saat Solat tiba Abi Pun Sholat. Dan Pernah di Kapal itu Abi Sangat Lapar, dan ada Seorang Ibu dari Malaysia juga. Memberikan Jeruk pada Abang. Setelah makan Perut Abang perih dan sakit. Mungkin karena belum diisa apa-apa sudah makan jeruk. Akhirnya muntah dengan tenangnya.
Malam pun semakin larut, Istrinya Membawa Salman Ke kamarnya. Ia kembali mendengarkan cerita Suami tercinta. Sejuknya malam menambah indah cerita Itu. Lanjut Bang ceritanya. Sahut istrinya.
Ia dik, abang MInum Dulu ya. Haus nih.Salman Sudah nyenyak tu nampaknya. Iya bang, dari tadi main terus. Jadinya capek lah. Lanjut bang Ceritanya. sampai mana tadi, makan jeruk di kapal bang. Sambung istrinya. Hari- hari abang Lalui di Laut. Hampir Sebulan lamanya.
Akhirnya Abang tiba Di New Delhi, India. Selepas itu abang bersama teman dari malysia mencari tempat menginap untuk semalam. Kami pun pergi ke KBRI yang ada di New Delhi. Sesampai Di sana Bukan tumpangan nginap yang di dapat. Malahan hinaan dan bentakan yang kami dapat. jangan tidur di sini, tidur sana di luar. Jangan di sini.
Akhirnya kami tidur di Taman-taman kota yang begitu dingin.
Besoknya Abang Mencari Universitas “Darul Ulum” yang di katakana Ustad dulu. akhirnya dapat. diSana Abang belajar Bahasa Urdhu(India) Selama Setahun Di Kampus Itu. Syekh yang Punya Yayasan Kampus itu Menyuruh Abang Menjaga Masjid di dalam kampus itu. Setelah itu Abang terus belajar tanpa lelah. Akhirnya Abang belum puas dengan Ilmu yang di dapat. Abang selalu merasa kurang. Dan haus ilmu.
Selepas Di Sana Abang Bisa Berbahasa Inggris Dan Urdhu’ dengan lancar walau harus belajar selama setahun.
Abang Di Angkat sebagai Kaki Tangan Syeikh itu. Kemana – mana selalu di ajak. Hingga selesai sekolah di Sana Selama 7 Tahun. Selanjutnya Abang Ingin Mencari ILmu Islam Ke Syiria. Sebelumnya Kata Syeikh itu, Abangb Harus Mencari Beasiswa Dulu Ke Abu Dhabi. Karena Biaya di Syiria Cukup mahal. Saran Syeikh pun Abng Indahkan. Karena abang Belum Puas Kalau belum Sekolah di Syiria.
Waktu pun tak terasa. Jam di dinding rumah yang sederhana itu sudah jam setengah sebelas malam. Istrinya terus saja semangat mendengarkan kisah Suaminya.
Terus, Dapat Bang Beasiswa nya? Tanya Istrinya.
Dapat Dek, Tapi Sangat Susah. Abang Benar –benar Extra Sabar.
Pertama abang Tiba Di Abu Dhabi. Abang Melihat beberapa pemuda yang ingin mengajukan Beasiswa juga. Abang pun tiba di lantai pertama dari gedung yang lebih dari tiga tingkat itu. Maklum kantor itu Adalah Kantor yang bergerak di perminyakan. Dan khusus memberikan beasiswa kepada Mahasiswa yang berprestasi. Untuk sekolah ke Syiria.
Al-Shiraz, Nama Kantor itu. Abang pun menemui orang yang akan memberikan beasiswa itu. abang di wawancarainya. Dia ngomong bahaa arab ya bang? Tanya Istrinya. Iya dik, Sesekali Ia berbahasa Urdhu’. Mungkin ia mau Mengetes kemampuan bahasa abang.
Setelah selesai di wawancarai. Abang di suruh menunggu. Abang pun keluar dari ruangan itu dan menunggu di lantai pertama. Abang di Wawancarai tadi di Lantai tiga. Waktu itu Masih Tangga biasa belum Tangga berjalan.
Sepuluh Menit pun berlalu. Abang Naik ke Lantai tiga tadi. Berharap kalau-kaalu di panggil. Ternyata belum. Hampir sejam abang menunggu belum juga di panggil. Abang sudah lima kali bolak balik. Naik turun Lantai Satu dan Tiga. Belum juga di panggil. Abang benar benar Tidak Sabar. Seakan putus asa.
Kali ke Enam Abang Naik. Barulah abang di panggil bapak yang berjanggut lebat itu. Dan ia Berkata, Saya Sengaja lama memanggil kamu. Saya ingin mengetes kesabaran kamu.Saya benar- benar Seakan putus asa pak. Saya sangat mengharapkan Beasiswa ini.
Saya Tidak Punya Uang, kalu bukan dari beasiswa ini.
Kamu termasuk orang yang beruntung. Hanya sedikit orang yang bisa dapat beasiswa ini. Hanya orang- orang yang Di Ridhoi ALLAH. Mungkin karena kamu benar- benar Ingin Menuntut Ilmu. Bapak bisa saja. Sahut Abang. Selamat kamu dapat besiswa ini.
Benar pak saya dapat?. Bapak tidak bohong kan?. Benar kan pak?.iya kamu layak dapat beaiswa ini. Kamu pemuda yang sangat bersemangat. Dari Indonesia lagi. Benar-benar hebat kamu Nas.
Akhirnya Abang Tanda Tangani Kontrak Beaiswa itu. Abang lega Abang tidak perlu mencari uang lagi Sampai tamat kuliah Di Syiria. Abang pun berterima Kasih pada Bapak itu. Dan pergi Mencari Makan Sebagai Wujud Rasa Syukur Abang.
Abang Pun bisa Kuliah di Syiria. hari – hari Abang Lalui Belajar agama islam Di UNiversitas Damsyik, Syiria.
Hingga Akhirnya Selesai. Abang Melanjutkan Ke Kairo, Mesir. Ternyata Itulah Universitas Islam Tertua Dan Terkenal Yang Dulu Abang Mimpikan. Abang Seoalah Tidak Percaya dengan semua ini. Di Setiap Kuliah Di Negari Asing Abang Hanya Mengambil S 1 nya Saja..
Abang pun menginjakan kaki di Kairo, Mesir. Seperti Biasa Abang Di percaya Menjaga Masjid di dalam kampus itu. Hingga Abang Tamat Dan Mendapatkan Gelar Master.
Gelar yang mungkin Di Dambakan Banyak pemuda indonesia. Tapi bukan gelar yang Abang cari. Ilmu dan Keindahan Berjuang dalam Menggapai cita-citalah yang abang cari.
Akhirnya Abang pulang ke Indonesia. Abang Tiba Di Kampung Abang kecil Dulu.Dan Akhirnya Abang bertemu dengan Ibu. Ia sudah nampak tua dan lemah. Keluarga Abang pun Berkumpul Menyambut Kedatangan abang. Bahkan Orang Sekampung menyambut abang Bak Presiden. Karena sebelumnya abang Mengirim Surat Pada Paman Abang Bahwa abang Akan pulang.
Di Sana Di Gelar Syukuran kepulangan Abang semalaman.
Abang Bertemu Dengan Kakek Yang Dulu Menghina Abang. Terus Dia Ngomong Apa bang? Tanya Istrinya. Dia Terlihat seperti Orang yang Stres. Abang menegurnya dengan lembut. Abang tidak memotong telinganya.? Tanya Istrinya. Tidaklah dek. Mana tega abang. Lagi Pula Abang sudah tidak sakit hati lagi padanya.
Abang sangat senang berjumpa dengan Ibu. abang Memeluknya Dengan Menangis. RIndu yang tak tertahan. Abang Mengajaknya pergi haji. Tetapi ia menolak. Ia malah meminta Uang. Abang tidak kasih. Karena pasti untuk anaknya yang lain ayah sama Abang.
Begitulah dek, Kisah Suka Duka Abang dalam menggapai mimpi.
Abang sangat percaya Bahwa ALLAH benar-benar Tuhan “Sang Pendengar Do’a”.
Iya ya bang. sahut istrinya.
Malam pun mengakhiri cerita Anas. Dan Mereka pun Mengambil air wudhu’ sebelum tidur. Dan berdo’a Kepada Tuhan Yang Menguasai Malam. Sekali lagi Tuhan “Sang pendengar Do’a” Benar –benar Mendengar keluhan hambanya yang memohon kepadanya. Kata anas berbisik pada Istrinya. Mereka Pun Tidur Dengan Tenangnya. (sekian)

0 komentar:

Posting Komentar